Kamis, 03 Mei 2012

CERITA RAKYAT (4) : SI LANCANG


SI LANCANG
Pada zaman dahulu di daerah Kampar hiduplah si Lancang bersama ibunya. Mereka hidup sangat miskin. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Si Lancang berniat merantau.
Pada suatu hari, ia meminta izin kepada ibunya. Ibunya berpesan agar di rantau orang kelak, si Lancang selalu ingat kepada ibunya dan kampung halamannya. Ibunya berpesan agar si Lancang jangan menjadi anak yang durhaka.
Si Lancang pun berjanji kepada ibunya akan selalu ibu dan kampung halamannya. Ibunya menjadi terharu saat si Lancang mencium lututnya untuk meminta doa.
Di rantau si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikabarkan pula, ia mempunyai tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saudagar kaya. Sementara itu, ibu si Lancang masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang sangat miskin.
Pada suatu hari, si Lancang berlayar ke Andalas. Berita kedatangan si Lancang didengar oleh ibunya. Dengan persaan terharu, ia bergegas menyambut kedatangan anak satu-satunya tersebut.
Begitu menyatakan bahwa dirinya adalah ibu si Lancang, tidak ada seorang kelasi pun memercayainya. Dengan kasarnya, ia mengusir ibu tua tersebut. Akan tetapi, perempuan tua itu tidak mau beranjak. Ia bersikeras minta untuk dipertemukan dengan anaknya, si Lancang. Keadaan itu menimbulkan keributan.
Mendengar kegaduhan di atas geladak, si Lancang dengan diiringi ketujuh istrinya mendatangi tempat itu. “ Engkau Lancang…anakku!” oh… betapa rindunya hati emak padamu.”
Mendengar sapaan itu, dengan congkaknya si Lancang menepis. Anak durhaka ini pun berteriak, “ Mana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! Usir perempuan ini!.”
Ibu yang malang ini akhirnya pulang dengan perasaan hancur. Sesampainya di rumah, ia berkata “ Ya Tuhanku…hukumlah si anak durhaka itu!”
Dalam sekejap, turunlah hujan lebat dan badai topan. Badai tersebut menghancurkan kapal-kapal dagang milik si Lancang. Harta benda miliknya juga terbang ke mana-mana. kain suteranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat kain yang terletak di Kampar kiri. Gongnya terlempar ke Kampar kanan dan menjadi Sungai Oguong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang bendera kapal si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang diberi nama danau Si Lancang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar